Transportasi Hong Kong yang modern |
Hong
Kong adalah salah satu destinasi impian. hmmm... Saat masih kecil dulu, saya
sempat heran kenapa Hong Kong selalu disebut-sebut dalam setiap
lelucon. Kalian yang seangkatan sama saya pasti tau. . hehe... Misalkan ada orang bertanya sama temannya, -“eh, kayaknya lo lagi banyak uang ya? traktir gw yah”, -“ye, enak aja. uang dari mana... Uang dari Hong Kong”.. :v hahaha... pernah dengar kan? wkwkwk... Entah kenapa kata bla bla bla “dari Hong Kong” sangat populer di
era 90-an. Dari sana rasa penasaran saya dengan Hong Kong tumbuh.. cieee... dan saya bertekad suatu hari nanti saya harus menginjakkan kaki ke sana dan mencari tahu jawaban
dari alasan penggunaan kata “dari Hong Kong” yang terkenal itu.. :p
Perpisahan dengan Makau...
Saya
dan adik terpaksa menginap di bandara karena banyak penginapan yang
full booked. entah kenapa masa kunjungan saya ke Makau bertepatan dengan hari libur
nasional. Ada cerita unik waktu saya tidur di bandara Makau. Saat itu menjelang tengah malam, saya tiba-tiba terbangun.
Ada suara gaduh yang entah dari mana datangnya betul-betul mengganggu
istirahat malam itu. Saya perlu beberapa detik menyadarkan diri sambil
mengucek mata. eh... ada puluhan orang berseragam berlarian menuju bandara. Kejadian itu begitu tiba-tiba, sehingga saya dan beberapa turis lain yang terbangun panik karena takut
terjadi sesuatu.
Saat itu saya
pikir ada pesawat yang mengalami kecelakaan. “wah,
jangan-jangan ada pesawat yang tergelincir”, saya bergumam. Selang
beberapa saat, puluhan orang itu keluar lagi dari gate khusus petugas. Tapi setelah saya perhatikan, hei, mereka orang-orang yang berbeda. Usut punya usut, Ooooh... ternyata mereka sedang pergantian shift.
Para petugas tersebut memanfaatkan jeda kedatangan pesawat untuk melakukan
pergantian waktu kerja. Mungkin saat tengah malam jadwal penerbangan tidak terlalu padat. Oalaaah, saya kira ada apa. Kemudian saya
lanjut tidur lagi sampai pagi. Alarm HP saya tiba-tiba berbunyi, wah
ternyata sudah waktunya sholat shubuh. Pendingin bandara bekerja
dengan “sangat baik”. Dengan kondisi setengah sadar dan suhu
sangat rendah sebenarnya agak malas juga beranjak dari tempat tidur.,
hehehe… Untuk yang muslim mungkin agak sulit kalau mau beribadah.
Saat itu saya terpaksa sholat di sudut bandara yang sepi.
Oh,
ya… setelah sholat saya tidur lagi karena hari masih agak gelap.
Menjelang pukul 07.00 waktu Makau, para petugas membangunkan semua
orang yang tidur bak gelandangan,
wkwkwk… beres-beres sebentar, saya dan adik langsung cuss
ke Hong Kong via jalur
laut. Waktu itu biaya menyebrang ke Hong Kong dengan ferry HKD 153
atau sekitar Rp 153.000. jadwal penyebrangan cukup padat, jadi tidak
perlu khawatir untuk menunggu lama. Oh, ya… waktu sedang menunggu,
kami dihampiri oleh seorang surveyor. Mereka sedang mendata
turis-turis yang berkunjung ke Makau. Setelah menjawab beberapa
pertanyaan, dia memberi kami sebuh pulpen sebagai souvenir,
Xie Xie.
Suasana kabin ferry |
Tak
lama ferry datang. Interiornya cukup mewah menurut saya. Setelah
mencari no tempat duduk saya langsung duduk cantik di dalam sambil
memperhatikan orang-orang di dalam ferry. Hampir sebagian besar
penumpang beretnis tionghoa. Wajar, kan, sekarang memang libur
nasional. Mungkin mereka mau jalan-jalan ke Hong Kong. Di dalam ferry
kita tidak bisa melihat pemandangan dengan jelas, karena semua
jendela dilapisi semacam filter yang mengurangi visibilitas.
Dugaan saya, filter digunakan untuk
menghindari penumpang melihat gerak ombak di luar yang bisa bikin
mabuk laut. Howekk...
Satu
jam kurang terombang-ambing di ferry, saya dan adik langsung ke
bagian imigrasi. Karena terlalu lama menulis, kami ketinggalan
rombongan sampai petugas meneriaki kami “cepat... cepat...”. loh
kok tahu kami dari Indonesia? Ternyata mereka melihat paspor hijau
kami dan populasi WNI di Hong Kong cukup banyak. Salah satu kebiasaan
saya kalau ke Luar Negeri adalah ke KFC, hahaha... Menu KFC di Hong
Kong lumayan yummy.
Setelah perut kenyang, tugas berat selanjutnya adalah mencari
penginapan. Ingat walau belum booking, kita tetap harus punya daftar
penginapan untuk menghindari over
budget. Biasanya beberapa penginapan di
daftar sudah penuh karena faktor kenyamanan dan harga yang
terjangkau. Meskipun daftar penginapan sudah semua dikunjungi dan
hasilnya full booked
jangan cepat menyerah. Terus cari penginapan yang sesuai dengan
budget. Lebih baik bayar mahal untuk senang-senang, makan, dan
jalan-jalan dari pada bayar mahal hanya untuk tempat tidur. Bahkan
kalau mau ekstrem, kita bisa menginap di MCD atau coffee station
macam Starbucks untuk bermalam. Tapi cari yang operational
hours-nya 24 jam yah.
Waktu
itu sebenarnya kami hampir putus asa. Sampai ada bapak-bapak setengah
baya memanggil kami, “sini... sini... cari penginapan?”. Walau
aksennya agak aneh, tapi ucapannya cukup dimengerti. Di Hong Kong
pokoknya jangan heran kalau banyak yang bisa bahasa Indonesia. Dia
tahu kami dari Indonesia (mungkin dilihat dari penampilan), dan dia
mau meminjamkan kamarnya untuk kami (tetap bayar, yah). Ternyata di
appartement-nya banyak turis lain seperti kami. Wah, ini sih seperti
hostel ilegal. Tapi karena harganya lumayan terjangkau (Rp 500.000/
malam) dan kualitasnya setara hostel jadi kami menginap di sana.
Ada sedikit perasaan aneh yang mengelitik saat tahu saya sudah sampai
di Hong Kong. Wah, tidak disangka yah akhirnya bisa melihat sendiri
kemegahan Hong Kong. Kata-kata itu terus muncul di benak saya. Dengan
sedikit keyakinan, segenggam do’a, dan secuil aksi sudah cukup
membawa kita ke tempat-tempat impian.
The Peak |
Esoknya
saya kembali berpetualang dengan adik. Saya mengunjungi banyak
tempat-tempat populer di kalangan traveller
seperti taman Victoria, The Peak, Star
Avenue, dll. Untuk yang mau mengunjungi The Peak, saya sarankan pergi
menggunakan tram dan pulang dengan bis. Kalian akan merasakan sensasi
yang berbeda. Trust me!!
Kalau mau menyaksikan pertunjukan laser disarankan untuk tiba di
Avenue Star sebelum pukul 07.00 so you
won’t miss the show.
Walau
masih punya waktu satu hari, saya berniat menghabiskan waktu saya
seharian di bandara karena sudah malas mencari penginapan lagi.
Bandara Hong Kong mungkin salah satu yang terbesar di dunia jadi kita
tidak akan merasakan kebosanan. Ada banyak toko souvenir lucu, game
station, bahkan mini theather untuk menghabiskan waktu. Di bandara
Hong Kong tempat untuk sholat dijadikan satu dengan umat budha, dan
hindu. Makanya namanya praying room atau ruang beribadah.
termpat beribadah umat Islam, Budha, dan Hindu |
Ketika
kami hendak meninggalkan Hong Kong untuk meneruskan perjalanan ke
Singapura. Kondisi cuaca agak mendung dan sedikit berangin. Kami ke
Singapura menggunakan maskapai Jetstar. Ini pertama kalinya saya
memakai maskapai ini. So far,
pelayanannya sangat memuaskan ditambah pramugarinya cantik-cantik.
Pramugari Air Asia mah kalah, hehehe...
Pada
awalnya, penerbangan Hong Kong-Singapura baik-baik saja. Kondisi
kabin waktu itu remang-remang karena lampu utama sengaja dimatikan,
jadi nggak banyak yang bisa saya lihat. Jadi saya putuskan untuk
tidur, lagipula waktu juga sudah menunjukan pukul 9 malam. Namun
setelah 1 jam terbang, saya dibangunkan oleh guncangan keras.
Guncangan demi guncangan tak henti-hentinya menghentak pesawat. Saya
mencoba untuk terbiasa dengan guncangan itu dan berusaha untuk
kembali tidur tapi tidak bisa. Penasaran dengan apa yang terjadi,
saya melayangkan pandangan ke luar jendela. Namun sia-sia, kegelapan
pekat yang cuma bisa saya lihat. Perasaan saya semakin tidak karuan,
karena dibalik pemandangan gelap itu terlihat kilatan-kilatan cahaya.
Oh, nooo... pesawat ini sedang berjuang menerjang awan Cumulonimbus
(mungkin ini yang dirasakan para penumpang Air Asia yang jatuh di
selat karimata).
Baru
kali itu saya benar-benar begitu dekat dengan kematian. Sepanjang
guncangan terjadi saya terus berdoa, karena mustahil untuk tidur
lagi. Bruk... Bruk... Bruk... berkali-kali koper-koper di atas saling
beradu. Dua orang pramugari lalu datang untuk memastikan tempat
bagasi terkunci dengan baik, tak lama dua pramugari lalu kembali ke
tempat duduknya. kilatan-kilatan itu terlalu menakutkan untuk dilihat
jadi saya menutup jendela. Sekarang tinggal bagaimana saya untuk
membiasakan diri dengan guncangan yang ada. Suara pilot agak
menenangkan hati saya saat tahu tujuan akan dicapai dalam 20 menit
lagi. Fiuh... Sampai di bandara Changi, kami bermalam lagi karena
kami tiba hampir tengah malam. Begitu banyak hal baru yang saya alami
dalam seminggu ini. Untuk adik saya sendiri, dia sudah saya ajari
bagaimana “bertahan hidup” selama melakukan backpacking. Mulai
dari mencari penginapan atau mencari tempat menginap bila kehabisan
hotel, menghemat biaya makan, dan efisiensi jalur perjalanan. Dengan
ini saya sampaikan kalau adik saya secara resmi layak menjadi seorang
backpacker newbie, hehe...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar